Senin, 04 Agustus 2008

Kesempatan Istimewa


Beberapa minggu setelah pemakaman emak (nenek), aku dan mamaku membongkar lemari pakaiannya. Kami memilah-milah pakaian yang dapat disumbangkan untuk orang lain. Mamiku menunjukkan sepotong bahan pakaian dari sutera. Di ujungnya masih terdapat bandrol harga. “Emak beli bahan ini waktu pergi ke Singapore bersama mami kira-kira 2 – 3 tahun lalu. Kain ini belum dijahitkan. Emak bilang kain ini mau dipakai kalau ada kesempatan khusus. Yah, sepertinya ini kesempatan khusus. Ambil saja buat kamu.” kata mami. Dengan perlahan tangannya membelai kain sutera ini, lalu diberikannya kepadaku. “Jangan menyimpan apa pun untuk kesempatan khusus. Tiap hari adalah kesempatan khusus.”

Aku selalu teringat apa yag dikatakan mami kepadaku tentang hal itu. Aku berpikir tentang segala hal yang belum pernah kulihat, atau dengar, atau lakukan. Aku berpikir tentang semua hal yang kujalani tanpa menyadari bahwa itu adalah hal yag special. Aku berpikir tentang itu semua, dan itu merubah hidupku. Aku sekarang lebih banyak bermain dengan anakku Stepahanie dan mengagumi jari-jari mungilnya, dan senyum manisnya, tanpa ribut tentang memasak hidangan istimewa hasil praktek resep dari sebuah majalah wanita. Aku duduk di teras sambil memandangi bintang lebih banyak daripada mengubur wajahku di buku-buku pelajaran S2 yang tebal. Aku menghabiskan waktuku untuk makan es krim di Mc Donald bersama anakku daripada menghadiri rapat-rapat. Aku mencoba mengenali waktuku sebagai saat yang special dan menikmati tiap detiknya.

Aku tidak “sayang” sesuatu pun; aku memakai peralatan makan dari keramik yang biasanya selalu tersimpan rapi di kotaknya. Aku pergi ke pasar dengan blouse yang bagus kalau aku ingin memakainya. Aku tidak menyimpan parfumku hanya untuk dipakai ke pesta. Idiom “suatu saat nanti” atau “kesempatan khusus” kuhapus dari kamusku. Kalau ada sesuatu yang berharga untuk dilihat, didengar, dinikmati – aku akan melakukannya SEKARANG. Aku tidak tahu apakah yang akan dilakukan emak seandainya ia tahu tidak akan ada bersama-sama dengan kami lagi. Aku pikir ia akan memanggil tante dan omku yang di luar kota, juga cucu-cucunya dan cicit-cicitnya yang di luar negeri. Lalu kami semua akan makan bersama dan bercerita panjang lebar. Aku tidak tahu…

Setiap pagi, ketika membuka mata, aku mengatakan kepada diriku sendiri bahwa setiap hari, setiap menit, setiap detik adalah kesempatan yang istimewa.

** Credit to: GKPB MDC **

Tidak ada komentar: